Majas Pleonasme adalah pengulangan dengan penanda yang berbeda.
Sebenarnya, komponen makna yang ada pada kata pertama, telah tercakup dalam wilayah makna kata (atau bentuk lain) berikutnya. Orang sering mengatakannya sebagai pemakaian kata yang lewah. Di sini kedua (atau beberapa) kata itu muncul bersama dalam teks. Dalam wilayah maknanya, tidak ada penambahan atau pengurangan komponen makna, hanya kesan intensitas saja yang bertambah berkat pemunculan beberapa kata (bentuk) lain, yang mengandung komponen makna dari kata pertama.
Contoh:
- Sebagai pemimpin, Pak Budi harus sering turun ke bawah untuk melihat keadaan yang sebenarnya.
Di sini tampak ada kata turun (yang pertama muncul). Frasa préposisional yang mengikutinya adalah ke bawah.
Sebenarnya makna yang pada frasa tersebut menunjukkan "arah posisi yang lebih rendah‟, telah tercakup dalam kata sebelumnya. (bentuk pertama).
Jadi, yang dapat terlihat di sini adalah adanya perluasan penanda (ada penanda lain yang muncul secara eksplisit). Kata (atau bentuk lain) tersebut menampilkan makna yang sama dengan yang terkandung pada kata pertama, yaitu turun . Tak ada perubahan makna, hanya intensitasnya yang bertambah, karena kata dan frasa preposisional tersebut, muncul bersamaan (bersifat eksplisit).
Contoh lain: Retno telah melihat peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri.
Kata melihat, telah ada komponen makna 'mata' dan 'kepala' (karena mata berada di kepala), juga komponen makna ‘sendiri' (karena tidak mungkin melihat dengan mata orang lain).
Contoh lain: - Kita harus dapat berdiri di atas kaki sendiri
Seperti contoh sebelumnya, kalimat di atas ini juga mengandung pleonasme. Dalam wilayah makna kata berdiri, telah ada komponen makna yang terkandung dalam keempat kata dan frasa preposisional yang muncul kemudian, yaitu 'di atas', 'kaki', juga 'sendiri' (karena tidak mungkin berdiri dengan menggunakan kaki orang lain).
Posting Komentar untuk "Majas Pleonasme "